Rabu, 10 September 2014

Tentang sahabat, aku menyayangimu.

Sahabat, dulu aku sangat tak percaya dengan kata itu. Semua sama. Hanya ada di saat tertawa dan lenyap di saat menangis. Aku bukannya sok tau. Tapi aku memang pernah mengalaminya. Kejadian yang membuatku muak untuk mengingatnya. Kejadian yang rasanya ingin aku memukul wajah mereka satu per satu.

Tapi saat aku masuk bangku kuliah, aku benar-benar memiliki seorang sahabat. Yang benar-benar mau menerima tingkah ku. Yang menjadi pelembut ketika aku marah, menjadi penghibur ketika aku mulai bosan dengan suasana kelas, yg pasrah ketika aku berbuat jail. Dan menjadi pengingat ketika aku lupa. Saling curhat tanpa malu dan ragu.

Tapi tuhan memang selalu punya rencana lain. Kami dipisahkan. Terpisah tanpa ada kata perpisahan. Seperti bencana yang datang di tengah keriuhan pesta. Aku kehilangan dia. Berkali-kali aku coba hubungi namun nihil. Tak ada hasil. Ya aku menagis. Tak pernah ku menagiskan orang lain seperti ini.

Hingga tuhan menjawab doa ini. Kita di pertemukan walau hanya melalui media elektronik. Aku bersyukur. Namun aku sedih. Tak ada yang akan mendengar kisah dan ceritaku setulus dan ikhlas dirinya.

Memang lingkungan ini sangat ramai. Sangatlah banyak orang. Tapi siapa yang bisa menggantikan dia setulus dan se ikhlas dirinya. Ya siapa???

Tidak ada komentar :

Posting Komentar